Anak Rantau Padang Tikar

Minggu, 22 Desember 2013

Sejarah Desa Padang Tikar

SEJARAH PEMBUKAAN PULAU PADANG TIKAR

Tanjung Padang Tikar dibuka Tahun Seribu Tujuh Ratus Delapan Puluh (1780), oleh seorang bernama PAK UDE MUSE KETURUNAN Bugis Melayu Deli. Padang Tikar awalnya disebut Tanjung Belimbing, karena ada pohon belimbing di Tanjung itu dan diselah timurnya ada tiga buah sungai yaitu Sungai Bentang, Sungai Lundu dan Sungai Teluk Nipah. Setelah Pak Ude Muse sedang mengusahakan rimbanya datanglah orang beramai – ramai pakai perahu layar besar dan kecil dari Daerah Ketapang membawa tikar dan padi untuk membentang tikar untuk menjemur padi di Tanjung Belimbing itu. Inilah sejarah mengapa orang jauh – jauh dari Ketapang sampai menumpang menjemur padi disitu, karena didaerah sebelah beratnya dilindungi oleh satu pohon Kedondong yang hidup disebelah utaranya cukup besar dan tingginya menyapu awan, maka orang – orang itu menumpang jemur padi membentang tikar begitu banyak dan oleh sebab itulah Tanjung Belimbing disebut juga Tanjung Padang Tikar. Namun pekerjaan Pak Ude Muse tetap jalan merimba hutan dan juga menanam pohon kelapa disamping itu ada juga menanam pohon pinang diselah pantai utaranya maka maka disebutlah Tanjuung Pinang Seribu dan disamping itu pula Pak Ude Muse sambil berusaha nelayan pantai untuk kehidupan sehari – hari sehingga kehidupannya bertahan, setelah beberapa tahun kemudian Pak Ude Muse mendapat seorang menantu laki –laki bernama Abdul Syukur dari Malaysia, bekerja mengikut mertuanya Pak Ude Muse, setelah beberapa tahun kemudian ada lagi seseorang ingin mengikuti Pak Ude Muse yaitu turunan Cina / Dayak bernama Ucok, masuk Agama Islam dan dijadikanlah anak angkat oleh Pak Ude Muse. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang Bajak Laut yang bernama Panglima Lanon memakai perahu layar dan bersembunyi di Sungai Teluk Nipah dan kerja mengintai orang untuk ditangkap yang akan dibawa ke Pulau Belanggang untuk diadu kekuatannya ditinjau disatu buah gunung yang tidak jauh dari gunung Teluk Air, maka disitu disebutlah Pulau Belanggang  dan Gunung Peninjau.
Tidak lama kemudian Pak Ude Muse meninggal dunia dan dimakamkan dekat Sungai Lundu yang letak makamnya tidak mdiketahui sampai sekarang dan pada saat itupula ada sebuah perahu layar yang berlabuh di Teluk Kelapa Muara Kubu yaitu tiga orang bersaudara dengan membawa keluarga dan juga membawa pukat siak, masing – masing bernama Lebai Mamat, Lebai Samat dan Lebai Yasin dan ingin menuju kelaut pantai Padang Tikar, tidak berapa lama perahu tersebut tiba dilaut Pantai Padang tikar (Laut Kota Laya) dan lansung mereka mendirikan sebuah bagan tempat usaha pukat siak, setelah beberapa tahun kemudian anak Lebai Mamat bernama Pak Neskarye bergabung dengan Abdul Syukur menantu Pak Ude Muse untuk meneruskan merimba hutan tersebut dengan membuat jalan ditepi pantai Tanjung Padang Tikar yang sekarang sudah jauh terjun kelautan, sebenarnya cita – cita mereka ingin meneruskan jalan itu menuju keTanjung Api – Api tapi gagal karena Panglima Lanon kembali ganas.

Sebagaimana kebijakan oleh keluarga atau penduduk yang sedikit itu nekat sehingga Panglima Lanon mati terbunuholeh orang tersebut dan dimakamkan ditepi Sungai Teluk Nipah, maka Sungai itu beralih nama menjadi Sungai Panglima dan pada saat itu pula Lebai Mamat meniggalkan Padang Tikar pindah ke Daerah Ketapang di Pulau Tutek, berusahalah dia disana dan anaknya Pak Neskerye pindah ke Pontianak sedangkan Lebai Samat masih menetap di Padang Tikar dan meninggal didaerah Kubu dan Lebai Yasin juga pindah ke Kapuas Hulu dan meninggal disana, setelah itu meniggallah Ucok anak angkat Pak Ude Muse didalam rumput yang sudah dikerumuni lalat dan dikuburkan didekat Sungai Lundu tidak jauh dari makam bapak angkatnya yang sekarang disebut makam Pak Lalat. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah penduduk dari dua suku yaitu suku Banjar dan Suku Seh atau Tuan – Tuan dalam hal itu diadakanlah kerajaan dibawah kerajaan Kubu yang menjalankan Pemerintahan Belanda yang bernama Syarif Mustafa karena pemerintahannya sangat merajalela sehingga kerajaan tersebut mati terbunuh oleh orang kampung dan dimakamkan ditepi  pantai yang  disebut Pantai Gang Kupang, Tidak lama beberapa tahun kemudian bergantilah wakil kerajaan yaitu Syarif Husin, karena perintahannya bermasyarakat sehingga meninggalnya kerena ajal yang makamnya ada di Dusun Panglima dibangun oleh Pemerintahan sekarang. Pada akhir abad ke Tujuh Belas (17) orang – orang melansungkan merimba Pulau Padang Tikar menuju keselatan pantai barat dan hutan sebelah timur terdiri dari tiga suku yaitu Bugis, Melayu dan Cina selatannya Kota Laya, Parit Timur, Teluk Dungun atau Tasik Malaya, Sungai Besar, Sungai Jawi, Sungai Lalau, Sungai Paktikam atau Amberawa dan Tanjung Api – Api Selatseh atau Tanjung Harapan dan timurnya Medan Seri, dan Medan Deli, Sungai Mesjid, Nipah Panjang, Suka Maju, Sungai Pandan, Sungai Terumbuk, Teluk Nibung, Sungai Jeruju dan Batu Ampar. Pada pertengahan abad ke Delapan Belas (18) diadakanlah ketua Kampung di Padang Tikar, yang pertama seorang bernama Abu Bakar seorang Panggawa dan setelah beberapa tahun kemudian berganti pula dengan Daeng Acong Kubek dan tidak berapa lama kemudian digantikan oleh Said Hamid pada saat itu pula dibentuk Kepala Kampung yang dijabati oleh M. Ali Bujang yang cukup lama sampai akhir tahun 1990, setelah itu digantikan oleh anaknya bernama A. Kadir M.  Ali.
Inilah silsilah asal usul pembukaan Tanjung Pulau Padang Tikar yang bersejarah riwayat cerita orang – orang yang telah meninggal dunia, sejarah disalin sesuai dengan catatan dan dibenarkan oleh beberapa orang tua yang masih hidup hingga sekarang, serta ditanda tangani oleh anak cucu dari mantan Panggawa dan mantan Kepala Kampung almarhum diatas.







Sejarah ini disusun dan disalin oleh seseorang yang bertanda tangan dibawah ini
Padang Tikar, 22 Nopember 2008
Penemuan dan Peneliti Sejarah
Badron Husin
Cucu dari Panggawa almarhum A. Bakar                   Cucu dari Lebai Mamat
Awaludin Senoh                                   Anwar Manaf

Cucu dari Panggawa almarhum Daeng Acong Kubek              Membenarkan Sejarah


Anton Mustafa                                                      Bunsu Bujang

Anakda Kepala Kampung M. Ali Bujang
 MENGETAHUI
Kepala Desa Padang Tikar Satu
                                                  Kadir M. Ali

Heri Sapiandy





2 komentar:

  1. maaf cucu dari lebai mamat yang anwa manaf masih hidup sme tinggal di kubu ke bang? saye agik butuh silsilah keluarge lebai mamat

    BalasHapus
  2. bise mintak wa abg yak bang yang punye blog

    BalasHapus