SEJARAH PEMBUKAAN PULAU PADANG TIKAR
Tanjung Padang Tikar dibuka Tahun Seribu Tujuh Ratus Delapan Puluh
(1780), oleh seorang bernama PAK UDE MUSE KETURUNAN Bugis Melayu Deli. Padang
Tikar awalnya disebut Tanjung Belimbing, karena ada pohon belimbing di Tanjung
itu dan diselah timurnya ada tiga buah sungai yaitu Sungai Bentang, Sungai
Lundu dan Sungai Teluk Nipah. Setelah Pak Ude Muse sedang mengusahakan rimbanya
datanglah orang beramai – ramai pakai perahu layar besar dan kecil dari Daerah
Ketapang membawa tikar dan padi untuk membentang tikar untuk menjemur padi di
Tanjung Belimbing itu. Inilah sejarah mengapa orang jauh – jauh dari Ketapang sampai
menumpang menjemur padi disitu, karena didaerah sebelah beratnya dilindungi
oleh satu pohon Kedondong yang hidup disebelah utaranya cukup besar dan
tingginya menyapu awan, maka orang – orang itu menumpang jemur padi membentang
tikar begitu banyak dan oleh sebab itulah Tanjung Belimbing disebut juga
Tanjung Padang Tikar. Namun pekerjaan Pak Ude Muse tetap jalan merimba hutan
dan juga menanam pohon kelapa disamping itu ada juga menanam pohon pinang
diselah pantai utaranya maka maka disebutlah Tanjuung Pinang Seribu dan
disamping itu pula Pak Ude Muse sambil berusaha nelayan pantai untuk kehidupan
sehari – hari sehingga kehidupannya bertahan, setelah beberapa tahun kemudian
Pak Ude Muse mendapat seorang menantu laki –laki bernama Abdul Syukur dari
Malaysia, bekerja mengikut mertuanya Pak Ude Muse, setelah beberapa tahun
kemudian ada lagi seseorang ingin mengikuti Pak Ude Muse yaitu turunan Cina /
Dayak bernama Ucok, masuk Agama Islam dan dijadikanlah anak angkat oleh Pak Ude
Muse. Setelah beberapa tahun kemudian datanglah seorang Bajak Laut yang bernama
Panglima Lanon memakai perahu layar dan bersembunyi di Sungai Teluk Nipah dan
kerja mengintai orang untuk ditangkap yang akan dibawa ke Pulau Belanggang
untuk diadu kekuatannya ditinjau disatu buah gunung yang tidak jauh dari gunung
Teluk Air, maka disitu disebutlah Pulau Belanggang dan Gunung Peninjau.
Tidak lama kemudian Pak Ude Muse meninggal dunia dan dimakamkan dekat
Sungai Lundu yang letak makamnya tidak mdiketahui sampai sekarang dan pada saat
itupula ada sebuah perahu layar yang berlabuh di Teluk Kelapa Muara Kubu yaitu
tiga orang bersaudara dengan membawa keluarga dan juga membawa pukat siak,
masing – masing bernama Lebai Mamat, Lebai Samat dan Lebai Yasin dan ingin menuju
kelaut pantai Padang Tikar, tidak berapa lama perahu tersebut tiba dilaut
Pantai Padang tikar (Laut Kota Laya) dan lansung mereka mendirikan sebuah bagan
tempat usaha pukat siak, setelah beberapa tahun kemudian anak Lebai Mamat
bernama Pak Neskarye bergabung dengan Abdul Syukur menantu Pak Ude Muse untuk
meneruskan merimba hutan tersebut dengan membuat jalan ditepi pantai Tanjung
Padang Tikar yang sekarang sudah jauh terjun kelautan, sebenarnya cita – cita
mereka ingin meneruskan jalan itu menuju keTanjung Api – Api tapi gagal karena
Panglima Lanon kembali ganas.
Sebagaimana kebijakan oleh keluarga atau penduduk yang sedikit itu nekat
sehingga Panglima Lanon mati terbunuholeh orang tersebut dan dimakamkan ditepi
Sungai Teluk Nipah, maka Sungai itu beralih nama menjadi Sungai Panglima dan
pada saat itu pula Lebai Mamat meniggalkan Padang Tikar pindah ke Daerah
Ketapang di Pulau Tutek, berusahalah dia disana dan anaknya Pak Neskerye pindah
ke Pontianak sedangkan Lebai Samat masih menetap di Padang Tikar dan meninggal
didaerah Kubu dan Lebai Yasin juga pindah ke Kapuas Hulu dan meninggal disana,
setelah itu meniggallah Ucok anak angkat Pak Ude Muse didalam rumput yang sudah
dikerumuni lalat dan dikuburkan didekat Sungai Lundu tidak jauh dari makam
bapak angkatnya yang sekarang disebut makam Pak Lalat. Setelah beberapa tahun
kemudian datanglah penduduk dari dua suku yaitu suku Banjar dan Suku Seh atau
Tuan – Tuan dalam hal itu diadakanlah kerajaan dibawah kerajaan Kubu yang
menjalankan Pemerintahan Belanda yang bernama Syarif Mustafa karena
pemerintahannya sangat merajalela sehingga kerajaan tersebut mati terbunuh oleh
orang kampung dan dimakamkan ditepi
pantai yang disebut Pantai Gang
Kupang, Tidak lama beberapa tahun kemudian bergantilah wakil kerajaan yaitu
Syarif Husin, karena perintahannya bermasyarakat sehingga meninggalnya kerena
ajal yang makamnya ada di Dusun Panglima dibangun oleh Pemerintahan sekarang.
Pada akhir abad ke Tujuh Belas (17) orang – orang melansungkan merimba Pulau Padang
Tikar menuju keselatan pantai barat dan hutan sebelah timur terdiri dari tiga
suku yaitu Bugis, Melayu dan Cina selatannya Kota Laya, Parit Timur, Teluk
Dungun atau Tasik Malaya, Sungai Besar, Sungai Jawi, Sungai Lalau, Sungai
Paktikam atau Amberawa dan Tanjung Api – Api Selatseh atau Tanjung Harapan dan
timurnya Medan Seri, dan Medan Deli, Sungai Mesjid, Nipah Panjang, Suka Maju,
Sungai Pandan, Sungai Terumbuk, Teluk Nibung, Sungai Jeruju dan Batu Ampar.
Pada pertengahan abad ke Delapan Belas (18) diadakanlah ketua Kampung di Padang
Tikar, yang pertama seorang bernama Abu Bakar seorang Panggawa dan setelah
beberapa tahun kemudian berganti pula dengan Daeng Acong Kubek dan tidak berapa
lama kemudian digantikan oleh Said Hamid pada saat itu pula dibentuk Kepala
Kampung yang dijabati oleh M. Ali Bujang yang cukup lama sampai akhir tahun
1990, setelah itu digantikan oleh anaknya bernama A. Kadir M. Ali.
Inilah silsilah asal usul pembukaan Tanjung Pulau Padang Tikar yang
bersejarah riwayat cerita orang – orang yang telah meninggal dunia, sejarah
disalin sesuai dengan catatan dan dibenarkan oleh beberapa orang tua yang masih
hidup hingga sekarang, serta ditanda tangani oleh anak cucu dari mantan
Panggawa dan mantan Kepala Kampung almarhum diatas.
Sejarah ini disusun dan disalin oleh
seseorang yang bertanda tangan dibawah ini
Padang Tikar, 22 Nopember 2008
Penemuan dan Peneliti Sejarah
Badron Husin
Cucu dari Panggawa almarhum A. Bakar Cucu dari Lebai Mamat
Awaludin Senoh Anwar Manaf
Cucu dari Panggawa almarhum Daeng Acong Kubek Membenarkan Sejarah
Anton Mustafa Bunsu Bujang
Anakda Kepala Kampung M. Ali Bujang
MENGETAHUI
Kepala Desa Padang Tikar Satu
Kadir M. Ali
maaf cucu dari lebai mamat yang anwa manaf masih hidup sme tinggal di kubu ke bang? saye agik butuh silsilah keluarge lebai mamat
BalasHapusbise mintak wa abg yak bang yang punye blog
BalasHapus